Angka Nol dan Bitcoin
Artikel sebelumnya:
Robert Breedlove Series #1: Bitcoin dan Tirani Kelangkaan Waktu
Satoshi memberikan Bitcoin kepada dunia, “sesuatu untuk kosong”. Penemuan akan kelangkaan yang kekal dalam uang adalah ide yang tidak bisa dihentikan yang benar-benar mengubah dunia, seperti nenek moyang digitalnya: angka nol.
Angka Nol itu spesial
Dalam sejarah kebudayaan, penemuan angka nol selalu unggul sebagai salah satu pencapaian terbaik umat manusia.
– Tobias Danzig, dalam bukunya Number: The Language of Science (Angka: Bahasa Ilmu Pengetahuan)
Banyak orang percaya bahwa bitcoin adalah “hanya satu dari ribuan aset kripto” – seperti dalam hal angka nol, hal ini bisa dibenarkan karena satu dari seri angka yang tidak ada akhirnya. Realitanya, bitcoin itu spesial, begitu juga angka nol: keduanya adalah penemuan fundamental yang mengubah seluruh sistem yang mengoperasikannya – untuk bitcoin, sistem tersebut adalah uang, dan untuk angka nol, matematika. Karena uang dan matematika adalah dua Bahasa universal manusia, baik bitcoin dan angka nol penting untuk mengonstruksi peradaban manusia.
Dalam sejarahnya, manusia tidak memiliki konsep tentang nol: kita tidak membawanya sejak lahir – sebuah simbol yang harus ditemukan terlebih dahulu dan terus menerus diajarkan kepada berbagai generasi selanjutnya. Nol adalah konsep yang abstrak dan tidak terlihat dalam dunia nyata – tidak ada orang yang berbelanja nol apel. Untuk mengerti ini lebih jauh, kita harus kembali ke 4.000 tahun sejarah manusia yang membawa ke pengenalan angka nol sebagai bagian dari dunia masyarakat modern.
Angka, yang merupakan simbol akan nomor, adalah abstraksi paling hebat yang pernah diciptakan oleh manusia: secara virtual, semua yang berinteraksi dengan kita akan diserap dalam angka, kuantitiasi atau format digital. Matematika, atau Bahasa angka, awalnya dikembangkan dari keinginan untuk menghitung sesuatu – apakah itu jumlah ikan yang ditangkap setiap hari atau berhari-hari setelah bulan purnama. Banyak peradaban kuno dikembangkan dari sistem numeral: pada tahun 2000 SM, orang-orang Babilonia, yang gagal mengembangkan konsep tentang angka nol. Mereka menggunakan dua simbol dalam pengaturan yang berbeda untuk menciptakan nomor unik antara 1 dan 60:
Sisa-sisa cuneiform Babilonia masih ada hingga sekarang: ada 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 6 set dari 60 derajat dalam satu lingkaran. Tapi sistem kuno ini tidak memiliki angka nol, yang memang terbatas penggunaannya. Orang Yunani Kuno dan Maya mengembangkan sistem angka mereka sendiri, masing-masing memiliki konsep angka nol. Namun, penggunaan pertama dan aritmetika atas angka nol datang dari orang India Kuno dan budaya Kamboja. Mereka menciptakan sistem dengan simbol Sembilan angka dan satu titik kecil yang digunakan untuk menandai ketiadaan akan satu angka – angka nol yang original. Sistem angka ini akan berkembang hingga menjadi apa yang kita gunakan saat ini:
.
Pada abad ke-7 M, ahli matematika India Brahmagupta mengembangkan konsep atas angka nol dalam penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (walaupun dia kesusahan dengan pembagian, seperti juga para pemikir pada beberapa abad kemudian). Saat matematika lebih maju di India, ilmu tersebut disebarkan melalui jaringan perdagangan ke arah timur menuju Tiongkok hingga pada peradaban Islam dan Arab. Kemajuan Barat akan angka nol inilah yang mengarahkan pada pengembangan sistem angka Hindu-Arab – representasi simbol angka yang paling banyak dikenal di dunia saat ini:
Ekonomisasi Matematika
Ada banyak pertentangan saat angka nol mencapai Benua Eropa kira-kira 300 tahun kemudian pada Abad Pertengahan. Bertentangan dengan penggunaan sistem angka bangsa Romawi, angka nol sulit bertahan di Eropa. Pada saat itu orang-orang masih dapat bertahan tanpa angka nol, tapi (sayangnya tak banyak orang tahu) melakukan penghitungan tanpa angka nol sangatlah tidak efisien. Sebuah analogi muncul disini: baik matematika dan uang mungkin tetap ada tanpa angka nol dan bitcoin – namun keduanya adalah sistem yang tidak berguna tanpa elemen inti tersebut. Bayangkan kerumitan melalukan aritmatika dalam sistem angka Romawi:
Penghitungan menggunakan sistem Hindu-Arab secara signifikan lebih masuk akal dibandingkan dengan sistem angka Romawi – dan sistem efisiensi energi memiliki tendensi untuk dipakai dalam jangka Panjang, seperti yang kita lihat saat mesin uap mengalahkan tenaga binatang atau Ketika sistem kapitalisme mengalahkan sosialisme (salah satu hal penting untuk diingat untuk bitcoin nantinya). Contoh ini hanya menunjukkan pahitnya penambahan – perkalian dan pembagian malah mungkin lebih menyakitkan. Seperti yang dikemukakan oleh Amir D. Aczel dalam bukunya Finding Zero:
[Sistem angka Hindu-Arab] membuat pencatatan ekonomi yang ketat dapat dilakukan sehingga angka yang sama, contohnya 4, dapat digunakan untuk melambangkan dirinya sendiri atau empat puluh (40) jika diikuti dengan sebuah angka nol, atau empat ratus dan empat ditulis sebagai 404, atau empat ribu saat ditulis sebagai sebuah angka 4 dengan tiga nol (4,000). Kekuatan sistem angka Hindu-Arab tidak bisa dibandingkan saat sistem tersebut membuat kita dapat merepresentasikan angka secara efisien dan padat, membuat kita untuk melakukan kalkulasi aritmatika yang rumit yang tidak bisa dilakukan dengan mudah sebelumnya.
Ketidakefisiensian angka Romawi tidak bisa ditoleransi dalam beberapa lama kemudian dalam sebuah dunia yang memperkaya diri lewat perdagangan. Dengan jaringan perdagangan yang maju dan produktivitas yang meningkat secara bersamaan, prospek akan penciptaan kekayaan memberikan insentif kepada para penjual untuk menjadi lebih kompetitif, mendorong mereka untuk selalu mencari lebih dari yang lain. Penghitungan dan pencatatan dengan sistem angka berbasis nol secara kualitatif lebih mudah, dan tidak banyak terjadi kesalahan. Walaupun ada perlawanan dari Eropa, sistem angka yang baru ini tidak dapat dibiarkan begitu saja: seperti halnya bitcoin yang muncul beberapa ratus tahun kemudian, angka nol menjadi sebuah ide yang tidak dapat dihentikan saat waktunya telah tiba:
There is nothing more powerful than an idea whose time has come.
— Victor Hugo
Fungsi Angka Nol
Fungsi pertama kali atas angka nol adalah sebagai pengunci tempat dalam sistem angka kita: contohnya, kenali angka “0” dalam nomer “1.104” dalam ekuasi di atas, yang mengindikasi kosongnya nilai dalam angka 10. Tanpa angka nol yang dipakai sebagai simbol akan ketiadaan dalam aturan di angka “1.104”, angka tersebut tidak dapat dipresentasikan secara tidak ambigu (tanpa nol, apakah “1.104” itu “114”?). Kurangnya angka nol yang dihilangkan dari kapasitas sistem angka untuk menjaga konsistensi pada arti dalam skala tersebut. Penggunaan angka nol membuat angka lainnya memiliki arti yang baru menurut posisi mereka terhadap angka nol tersebut. Dengan cara ini, angka nol membuat kita dapat melakukan kalkulasi tanpa kesulitan – tak peduli itu menggunakan bolpoin untuk menulis dalam lajur keuangan, jari-jari yang menekan tombol kalkulator, atau asah pikiran. Nol adalah simbol akan kekosongan, yang bisa menjadi kualitas tinggi yang berguna – seperti yang dikemukakan oleh Lao Tzu:
Kita membentuk tanah liat menjadi pot, tapi kekosongan di dalamnya-lah yang menampung apa yang kita inginkan.
Secara filosofi, nol melambangkan kehampaan, seperti yang dijelaskan oleh Aczel:
…kehampaan ada di mana-mana dan juga di sekeliling kita; hal tersebut dapat bertahan untuk satu kebenaran saat Anda menulis sebuah angka dalam cara tertentu – bukan sepuluh, contohnya – dan seluruh kebenaran dalam kasus lainnya, contohnya, jika Anda tidak memiliki ribuan dalam sebuah angka!
Analogi dalam fungsi uang digambarkan sebagai berikut: nol adalah tempat untuk “penyimpanan nilai” di mana aturan angka dapat dihitung; inilah alasan mengapa kita lebih memilih melihat angka nol di akhir akun bank kita atau jumlah bitcoin. Dalam hal yang sama, sebuah penyimpanan nilai ekonomi yang mendorong meningkatnya penyimpanan, mendukung investasi dan produktivitas, begitu juga nilai dari angka matematika yang mampu untuk menyimpan nilai dalam ruang yang lebih kecil, dan mendukung kalkulasi dalam waktu yang lebih sedikit: keduanya juga menstimulasi perkembangan kekayaan. Seperti halnya uang menjadi medium atas kapital yang secara terus menerus berputar dalam tempat-tempat dimana ketenagakerjaan ekonomi sangat optimal, nol memberikan angka lain kemampuan untuk meneruskan siklus tersebut – untuk digunakan lagi dan lagi dengan arti yang berbeda dan tujuan yang berbeda.
Fungsi nol kedua adalah angka tersebut sendiri: inilah angka pertengahan di antara setiap angka positif dan negatif (seperti +2 dan -2). Sebelum konsep nol muncul, angka negatif tidaklah digunakan, begitu juga tidak ada konsep “kosong” sebagai sebuah angka, juga “kurang dari kosong”. Brahmagupta mengubah angka positif untuk menciptakan angka negatif dan meletakkan nol di tengah-tengahnya, juga melengkapi sistem angka seperti yang kita gunakan saat ini. Walaupun angka negatif telah ditulis pada zaman dahulu, seperti Dinasti Han di Tiongkok (sekitar 206 SM hingga 220 SM), penggunaannya tidak diformalkan sebelum Brahmagupta, karena mereka membutuhkan konsep nol untuk memiliki arti dan supaya selaras. Dalam penggunaan visual, angka negatif adalah refleksi dari angka positif yang melewati angka nol:
Menariknya, angka negatif awalnya digunakan untuk menandai utang – jauh sebelum ditemukannya akuntansi entri-ganda, yang meletakkan debit dan kredit (Sebagian untuk menghindari penggunaan angka negatif). Dalam hal ini, nol digunakan sebagai “media pertukaran” antara angka negatif dan positif. Dengan angka di bawah angka nol dan mengonseptualisasikan angka negatif, banyak kontruksi matematika yang baru dan tak biasa (namun berguna) yang muncul termasuk angka imajiner, angka yang rumit, fraktal, dan ekuasi astrofisika yang maju. Dalam hal yang sama, media pertukaran ekonomi, uang, menjadikan perdagangan maju dan juga inovasi, begitu juga media pertukaran matematika, nol, memajukan pertukaran informasi dan kemajuan peradaban manusia:
Fungsi ketiga angka nol adalah fasilitator untuk fraksi dan rasio. Contohnya, para orang Mesir kuno, yang sistem angkanya tidak terdapat angka nol, memiliki cara yang rumit untuk menangani fraksi: daripada berpikir ¾ sebagai rasio tiga atas empat bagian (seperti yang kita lakukan saat ini), mereka melihatnya sebagai jumlah atas ½ dan ¼. Mayoritas fraksi Mesir ditulis sebagai jumlah atas angka seperti 1/n, dimana n adalah angka yang dihitung – ini disebut sebagai unit fraksi. Tanpa nol, rangkaian yang panjang atas unit fraksi dibutuhkan untuk menangani rasio yang lebih besar dan kompleks (banyak dari kita mengingat sulitnya mengonversi fraksi saat kita masih duduk di bangku sekolah). Dengan nol, kita dapat mengonversi fraksi dengan mudah. Inilah yang disebut fungsi “unit akun” dari angka nol. Harga yang diekspresikan dalam uang adalah pertukaran rasio yang dikonversikan ke dalam harga desimal denominasi uang: daripada mengatakan “rumah ini seharga sebelas mobil” kita memilih, “rumah ini seharga $440.000”, yang setara dengan harga sebelas mobil seharga $40.000. Uang memberikan kita kemampuan untuk menangani pertukaran rasio dalam hal yang sama dimana nol memberikan kita kemampuan untuk mengatasi rasio angka.
Angka adalah level dari abstraksi objektif: contohnya, angka 3 terdiri dari pemikiran atas “sebuah tiga” – kualitas yang dapat dianggap berasal dari sesuatu dalam alam semesta yang datang dalam tiga kali lipat. Secara adil, 9 terdiri atas kualitas “sebuah sembilan” yang terbagi atas sesuatu yang terdiri dari sembilan bagian. Angka dan matematika mempengaruhi pertukaran pengetahuan interpersonal (yang terdapat dalam barang atau pelayanan), setiap orang dapat mengkomunikasikan semuanya dalam bahasa angka yang dimengerti oleh semua orang. Uang, kemudian, adalah ukuran matematika atas kapital yang ada dalam pasar: yang juga merupakan denominator atas semua barang ekonomi dan secara penting aset paling lancar atas pasokan yang paling tidak dapat dimutasi. Uang digunakan sebagai sistem pengukur atas penilaian kapital yang terus berubah (ini karena emas menjadi uang – karena logam moneter dengan pasokan yang sulit diubah). Rasio atas uang ke kapital (atau harga) adalah yang terpenting di dunia, dan rasio adalah fondasi elemen dari sesuatu:
“Pada awalnya ada rasio, dan rasio bersama dengan Tuhan, dan rasio adalah Tuhan”. — Jon 1:1
*(Ada banyak penerjemahan “rasional” atas murid terkasih Yesus: Yohannes: sebuah kata dalam bahasa Yunani atas rasio adalah λόγος (logos), yang artinya kata).
Kemampuan untuk lebih efisien menangani rasio secara langsung berkontribusi dalam pengembangan rasionalitas manusia, sebuah cara berpikir secara logika atas akar dari berbagai kemajuan manusia seperti Renaissance, Reformasi dan juga Pencerahan. Untuk benar-benar mengerti akan logika nol yang aneh, kita harus mulai dari awal – filosofi dimana angka tersebut lahir.
Filosofi Angka Nol
Pada awal mula dewa-dewi, keberadaan lahir dari ketiadaan.
— Rig Veda
Angka nol muncul dari logika aneh para manusia yang hidup di Timur. Menariknya, Buddha sendiri dikenal sebagai seorang ahli matematika — buku awal yang ditulis tentangnya, seperti Lalita Vistara, Buddha dikatakan ahli dalam perhitungan angka (sebuah bakat yang digunakan untuk menarik hati beberapa putri). Dalam agama Buddha, karakter logis atas dunia fenomenologi lebih rumit daripada benar atau salah:
“Setiap hal adalah benar,
Atau tidak benar,
Atau bisa benar keduanya dan tidak benar,
Atau keduanya tidak benar atau tidak benar.
Itulah Ajaran Buddha.”
Inilah Tetralemma (atau empat pojokan atas Catuṣkoṭi): kunci untuk mengerti keanehan logika filosofi Timur adalah konsep atas Shunya, sebuah kata Hindi yang artinya nol: diambil dari konsep filosofis Buddha Śūnyatā (atau Shunyata). Tujuan dari meditasi adalah pencapaian pencerahan, atau sebuah nirwana, yang sama dengan mengosongkan diri sendiri seluruhnya dari pikiran, keinginan, dan juga ketergantungan akan duniawi. Pencapaian dari kekosongan absolut ini adalah kondisi hidup dalam Shyunyata: sebuah konsep filosofi yang ada hubungannya dengan the void – seperti yang ditulis oleh seorang penulis Buddha Thich Nhat Hanh:
“Pintu pertama atas kebebasan adalah kekosongan, Shunyata
Kekosongan artinya mengosongkan sesuatu
Kekosongan adalah Jalan Tengah antara ada dan ketiadaan
Realitas ada lebih jauh dari pengertian atas mahluk dan bukan mahluk
Kekosongan yang sebenarnya disebut “mahluk yang menakjubkan”, karena melebihi keberadaan dan ketidakadaan
Konsentrasi akan Kekosongan adalah cara untuk selalu berhubungan dengan hidup apa adanya, tapi harus dilatih dan tidak hanya diomongkan.”
Atau, apa yang pendeta Buddha atas kuil Wats di Asia Tenggara jelaskan dalam pengalaman meditasinya dalam kekosongan:
Saat kami bermeditasi, kami berhitung. Kami menutup mata dan sadar atas tentang dimana kita berada saat ini, dan bukan lainnnya. Kami menarik nafas, 1; dan kami menghitung mengeluarkan nafas, 2; dan begitu seterusnya. Saat kami berhenti berhitung, itulah void, angka nol, kekosongan
Pengalaman langsung akan kekosongan secara langsung dapat dicapai melalui meditasi. Dalam keadaan di tengah meditasi, Shunyata dan angka nol adalah satu dan yang sama. Kekosongan adalah saluran antara keberadaan dan ketidakadaan, dalam hal yang sama dimana nol adalah pintu dari angka positif dan negatif: setiap nomor menjadi refleksi yang sempurna satu sama lain. Nol muncul dalam budaya Timur kuno sebagai puncak atas konsep filosofi dan percobaan akan kekosongan absolut. Secara empiris, saat ini kita tahu bahwa keuntungan atas meditasi membantu otak dalam banyak hal. Tampaknya, inilah kontribusi atas penemuan atas nol yang dapat membantu sebuah ide yang akan memberikan keuntungan atas kecerdikan kolektif manusia – sebuah upaya pengkinian perangkat lunak atas pemikiran global kita.
Walaupun ditemukan dalam aspek spiritual, nol adalah konsep praktis yang berdampak besar: mungkin dapat dimengerti sebagai fusi dalam filosofi dan pragmatisme. Dengan melewati nol menuju arah angka negatif, kita menemukan angka imajiner, yang memiliki unit basis atas akar kuadrat dari –1, dilambangkan dengan huruf i. Angka i adalah paradoks: bayangkan ekuasi ±x² + 1 = 0; satu-satunya jawaban yang mungkin adalah akar kuadrat dari –l (i) positif dan akar kuadrat –l (-i atau i ³). Naik ke dimensi yang lebih tinggi, ekuasi ±x³ + 1 = 0 menghasilkan jawaban mungkin atas +1 atau –1. Jawaban ini terus bergantian diantara domain yang nyata dan imajiner saat formula mereka menjadi lebih tinggi. Memvisualisasikan mereka dalam domain yang nyata dan imajiner, kita menemukan axis rasional yang berpusat pada nol dengan orientasi yang menyerupai tetralemma: satu benar (1), satu tidak benar (i), benar keduanya dan tidak benar (-1 atau i²), dan keduanya tidak benar atau tidak benar (-i atau i³):
Melewati pintu gerbang atas nol menuju alam angka negatif dan imajiner memberikan sebuah bentuk logika yang terus berlanjut saat dibandingkan dengan logika tidak keduanya-atau yang berlainan, yang banyak dihubungkan dengan Aristotle dan pengikutnya. Kerangka ini tidak begitu “hitam dan putih” daripada sistem logika Aristotle yang binari, yang didasarkan atas benar atau salah, yang memberikan banyak gradasi atas logika; sebuah peta yang lebih akurat atas banyaknya “nuansa abu-abu” yang kita dapatkan dalam alam. Logika yang terus menerus menyindir seluruh dunia: contohnya, seseorang mungkin akan bilang, “dia bukannya tidak menarik,” artinya bahwa daya tariknya tidak jelas, mungkin antara menarik dan tidak menarik. Perspektif ini sering dirasa realistis daripada penilaian binari atas menarik atau tidak menarik.
Secara penting, angka nol memberikan kita konsep atas tak terbatas: yang absen dari pikiran para pemikir Yunani kuno. Pemutaran atas nol melalui angka nyata dan imajiner dapat dinaikkan secara matematika kepada model tiga dimensi yang disebut Riemann Sphere. Dalam struktur ini, nol dan tak terhingga adalah refleksi geometri atas satu dan yang lainnya dan dapat mengubah urutan dalam kilatan satu permutasi matematika. Selalu berada dalam kutub yang saling berlawanan atas tiga dimensi, interpretasi matematis atas tetralemma, kita menemukan kembaran angka nol – tak terhingga:
Polaritas kembar atas nol dan infiniti mirip seperti yin dan yang – seperti yang dijelaskan oleh Charles Seife, penulis Zero: Biography of a Dangerous Idea:
“Nol dan tak terhingga selalu terlihat saling curiga. Kalikan nol dengan angka apapun maka Anda akan selalu mendapatkan Nol. Kalikan tak terhingga dengan apapun maka Anda akan mendapatkan tak terhingga. Bagi satu angka dengan nol maka hasilnya adalah tak terhingga; bagi sebuah angka dengan tak terhingga maka hasilnya adalah nol. Tambahkan nol ke dalam nomor maka tidak ada yang berubah. Tambahkan sebuah angka kepada tak terhingga, maka tak terhingga tidak akan berubah”.
Dalam filosofi timur, hubungan antara nol dan tak terhingga masuk akal: hanya dalam keadaan akan kekosongan yang absolut, maka kemungkinan akan menjadi tak terhingga. Logika Budha bersikeras bahwa semuanya saling berhubungan: sebuah jaringan kausal yang luas dimana semuanya saling berhubungan, sehingga tidak ada satupun yang bisa berdiri sendiri – walaupun disingkirkan, esensi dari ketidaktergantungan. Dalam hal ini interelasi adalah sumber utama substansi. Hal yang penting dari pengajaran mereka adalah kebenaran yang disebut Budha sebagai dependent co-origination: ketergantungan atas asal, artinya bahwa semua hal tergantung satu sama lain. Satu-satunya pengecualian dari kebenaran ini adalah nirwana: sebuah kebebasan dari semua siklus tanpa akhir dari reinkarnasi. Dalam agama Budha, satu-satunya jalan untuk menuju nirwana adalah melalui kekosongan:
Beberapa tulisan kuno Budha mengatakan: “Absolut yang sebenarnya dan kebebasan yang sebenarnya adalah kehampaan”. Dalam hal ini, penemuan nol adalah spesial; nol dapat dianggap sebagai penemuan dari kekosongan yang absolut, sebuah kualitas atas realitas yang terpendam yang sebelumnya diandaikan dalam filosofi atau sistem pengetahuan seperti matematika. Penemuannya akan membuktikan kekuatan manusia, di dalam angka nol tersebut adalah fondasi dari realitas kenyamanan yang dihitung secara matematika yang kita huni saat ini.
Nol adalah pembebas yang ditemukan jauh dalam meditasi, sisa-sisa kebenaran yang ditemukan dalam pendekatan terhadap nirwana – sebuah tempat dimana seseorang menemukan kesadaran yang universal, tidak terbatas dan tanpa akhir: dunia Tuhan dalam diri kita. Bagi para pemeluk agama Budha, nol adalah bisikan dari alam semesta, dari dharma, dari Tuhan (kata yang menggagalkan kita dalam Ketuhanan). Secara paradoks, nol akan secara pasti menghancurkan institusi yang membangun struktur kekuasaannya dengan memonopoli akses kepada Tuhan. Dalam menemukan pijakan dalam kekosongan, manusia menemukan pengganti yang lebih dalam dan lebih prima dalam membangun masyarakat modern: nol akan terbukti sebagai bagian yang penting dari infrastruktur yang memimpin ke interkoneksi dunia lewat komunikasi, yang diantarkan dalam standar emas dan di dalam dunia digital (dua kunci inceptor bitcoin) beberapa tahun kemudian.
Untuk memuluskan jalan setapak untuk melangkah: konsepsi kembar atas nol dan tak terhingga akan menyalakan Renaisans, Reformasi dan Pencerahan — semua pergerakan yang memitigasi kekuatan Gereja Katolik sebagai institusi yang dominan dalam dunia dan menapaki jalan menuju negara yang terindustrialisasi.
Kekuatan Gereja yang Jatuh Pada Angka Nol
Pengertian akan alam semesta pada Yunani kuno didirikan pada prinsip filosofi Pitagoras, Aristoteles, dan Ptolemy. Hal yang penting dari konsep mereka akan kosmos adalah aturan bahwa tidak ada kekosongan, tidak ada kehampaan, tidak ada nol. Orang Yunani, yang mewarisi angka mereka dari orang Mesir yang menyukai geometri, membuat perbedaan kecil antara bentuk dan angka. Hingga saat ini, ketika kita mengkuadratkan sebuah nomor (x²), ini sama dengan mengubah garis ke sebuah segi empat dan menghitung area tersebut. Pengikut Phytagoras bingung dengan hubungan antara bentuk dan nomor, yang menjelaskan mengapa mereka tidak melihat angka nol sebagai sebuah nomor: namun juga, bentuk apa yang dapat merepresentasikan kekosongan? Orang Yunani kuno percaya angka harus terlihat jelas untuk menjadi nyata, sedangkan orang India kuno menganggap nomor sebagai bagian intrinsik dari sebuah realitas terpendam yang tidak terlihat, terpisah dari konsepsi manusia atas mereka.
Simbol atas budaya Pitagoras adalah pentagram (sebuah bintang dengan lima titik); bentuk yang suci ini memiliki sebuah kunci atas cara mereka memandang alam semesta – rasio emas. Dianggap sebagai sebuah “nomor yang paling cantik,” rasio emas didapatkan dengan membagi sebuah garis sehingga rasio atas bagian paling kecil dengan paling besar adalah sama dengan rasio sebagian besar hingga keseluruhan. Sebuah proporsional yang ditemukan untuk tidak digunakan sebagai penikmat indera pengelihatan, tapi secara alami muncul dalam berbagai variasi bentuk seperti kerang, nanas, dan (beberapa abad kemudian) helix ganda atas DNA. Kecantikan objektif ini dianggap sebagai jendela untuk memahami sesuatu yang rumit; sebuah kualitas untuk menyejukkan jiwa. Rasio emas menjadi banyak digunakan dalam seni, musik dan arsitektur:
Rasio emas juga ditemukan dalam harmoni musik: saat memetik alat musik berdawai dari segmen tertentu, pemusik dapat menciptakan kesempurnaan kelima, sebuah resonansi ganda atas not balok yang dikatakan dapat menjadi hubungan musik yang evokatif. Tritones yang sumbang, dalam hal lain, diambil dari “iblis dalam musik”. Sebuah harmoni musik yang dianggap menjadi satu dan sama dengan matematika tersebut dan alam semesta – dalam pandangan Pitagoras yang terbatas atas kosmos (nantinya disebut model celestial spheres oleh pengikut Aristoteles), pergerakan planet dan juga badan-badan surgawi yang mengeluarkan simfoni “harmoni dunia” — sebuah musik surgawi yang tertutupi kedalaman kosmis. Dari perspektif Pitagoras, “semua adalah angka”, artinya rasio menguasai dunia. Rasio emas memang terlihat seperti hubungan supernatural dengan esteika, kehidupan dan juga alam semesta menjadi prinsip peradaban barat, dan nantinya Gereja Katolik (atau Gereja).
Nol menjadi ancaman atas konsep dunia dengan batas. Membagi nol merusak tatanan logika, dan juga mengancam tatanan sempurna dan integritas pengikut Pitagoras di seluruh dunia. Ini adalah masalah yang serius bagi pihak Gereja, yang setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi, nampak sebagai institusi dominan di seluruh Eropa. Untuk memberikan substansi atas dominasinya di dunia, pihak Gereja mengajukan dirinya sendiri sebagai penjaga surga. Setiap orang yang menentang Pihak Gereja tidak akan diberikan ijin untuk memasuki pintu gerbang suci. Klaim atas kedaulatan absolut ini secara kritis tergantung pada model Pitagoras, sebagai institusi dominan di bumi – yang menurut mereka adalah pusat alam semesta – memegang kekuasaan Tuhan di alam semesta. Berdiri sebagai simbol bagi kedua kosong dan tak terhingga, nol adalah sesat bagi pihak Gereja. Beberapa abad kemudian, dinamika yang sama akan berlanjut dengan penemuan kelangkaan absolut bagi uang, yang membangkang terhadap penguasaan oleh Bank Sentral – pihak Gereja palsu di jaman moderen ini.
Orang-orang Yunani kuno bertahan pada sebuah pandangan yang tidak mentoleransi nol atau tak terhingga: penolakan atas konsep yang penting dini terbukti menjadi kesalahan terbesar mereka, karena menghambat penemuan akan kalkulus – mesin matematika yang sangat dibutuhkan oleh pengetahuan atas hal fisik, dan, juga, bagaimana dunia modern dikonstruksikan. Inti dari sistem kepercayaan mereka (yang kurang sempurna) adalah konsep “atom yang tak bisa dibagi”, sebuah partikel dasar yang tidak bisa dibagi selama-lamanya. Dalam pemikiran mereka, tidak mungkin ada jalan lain melewati halangan mikro pada permukaan atom. Dalam hal yang sama, mereka beranggapan bahwa alam semesta adalah sebuah “atom makrokosmik” yang sangat tergantung pada langit-langit penuh bintang yang berkedip pada pusat kosmis – bumi. Apa yang ada di atas, juga terjadi di bawah: dengan tidak adanya sesuatu yang terlihat di atas pada lapisan bintang dan tidak adanya apapun pada permukaan atom, maka tidak ada tak terhingga dan kekosongan:
Aristoteles (yang kemudian diperbaiki oleh Ptolemy) menerjemahkan alam semesta secara filosifis dan, dalam melakukannya, membentuk fondasi ideologi atas keberadaan Tuhan dan kekuatan Gereja di bumi. Dalam konsep Aristoteles akan alam semesta, kekuatan yang menggerakkan bintang, yang mendorong semua pergerakan elemen di bawah, adalah satu penguasa: Tuhan. Arus kekuatan kosmis ini muncul dari atas ke bawah hingga pergerakan manusia dianggap sebagai interpretasi kekuatan Ilahi yang diterima secara resmi. Saat umat Kristen tersapu dari Barat, pihak Gereja bersandar pada kekuatan penjelasan atas filosofi Aristoteles sebagai bukti dari keberadaan Tuhan dalam upaya dakwah mereka. Mereka yang keberatan akan doktrin Aristtoteles dianggap sebagai penentang akan keberadaan Tuhan dan kekuatan Gereja. Ketidakterbatasan tidak dapat dihindari oleh logika pengikut Aristoteles yang berusaha untuk menolaknya.
Pada abad ke-13, beberapa pendeta mulai berkumpul untuk mempertanyakan doktrin Aristoteles yang bertentangan dengan kekuasaan Tuhan: contohnya, sebuah anggapan bahwa “Tuhan tidak dapat memindahkan surga dalam satu garis, karena akan meninggalkan kekosongan”. Jika surga dipindahkan secara linear, maka apa yang tertinggal? Melalui substansi apa mereka memindahkannya? Ini mengimplikasikan keberadaan kekosongan, atau bahwa Tuhan tidak benar-benar memiliki kekuatan sehingga Dia tidak dapat memindahkan surga. Tiba-tiba, filosofi Aristoteles mulai runtuh dalam kekuatannya sendiri, yang menggerogoti kekuatan Pihak Gereja. Walaupun Pihak Gereja bertumpu pada pandangan Aristoteles pada beberapa abad sesudahnya – mereka tetap melarang buku tertentu dan membakar para pengikut Protestan hidup-hidup.
Sebuah alam semesta tanpa batas artinya ada, paling tidak, berbagai macam planet, beberapa yang tampak seperti populasi mereka sendiri dan juga gereja. Bumi tak lagi menjadi pusat atas alam semesta, jadi mengapa Gereja memiliki dominasi universal? Dalam pergeseran ideologi yang menutupi penemuan bitcoin beberapa abad setelahnya, nol menjadi ide yang dapat merusak genggaman Gereja pada manusia, seperti juga kelangkaan absolut atas uang yang meruntuhkan cekikan bank federal pada dunia saat ini. Dalam gaungnya atas sejarah, manusia modern seperti kita dapat sekali lagi mendengar penemuan atas kosong mulai mengubah segalanya.
Nol adalah batu halus yang kecil yang dilempar ke muka Goliath, sebuah pukulan mematikan atas dominasi Gereja; yang jatuh oleh ide yang tak terhentikan, kejatuhan institusi yang mengekang ini dari keagungan membawa kebangkitan bagi negara – model institusi dominan dalam kehidupan modern kita.
Nol: Sebuah Raksasa Ideologi
Indoktrinasi atas dogma Gereja, umat Kristen awalnya menolak untuk menerima angka nol, seperti terhubung pada ketakutan mereka atas kekosongan. Hubungan tak terelakkan antara nol dan kekosongan dan juga kekacauan membuatnya menjadi konsep yang menakutkan bagi banyak umat Kristen pada saat itu. Tapi kapasitas angka nol untuk mendukung pengukuran yang jujur, sebuah konsep inti dari Injil, akan terbukti lebih penting daripada anti pengukuran Gereja (dan juga penemuan akan nol yang kemudian nantinya menuju ke penemuan sempurna dari berat dan pengukuran, dan uang yang paling jujur dalam sejarah – bitcoin). Dalam dunia yang dibangun oleh perdagangan, pedagang membutuhkan angka nol untuk penggunaan aritmetis yang superior. Seperti yang diungkapkan oleh Pierre-Simon Laplace:
…[angka nol adalah] sebuah ide yang besar dan penting yang muncul sangat sederhana bagi kita saat ini yang kepatutannya sering kita abaikan. Tapi kesederhanaan dan kemudahannya yang luar biasa membuka jalan ke era penghitungan dengan komputer, menjadikan penghitungan ini sebagai penemuan paling berguna sepanjang sejarah.
Pada abad ke-13, para akademisi seperti ahli matematika terkenal Italy Fibonacci mulai menggunakan angka nol pada perhitungan mereka, membuat sistem Hindu-Arab untuk semakin mendapatkan ketenaran di Eropa. Saat perdagangan mulai berkembang dan mendapatkan level kekayaan yang tidak terjadi sebelumnya di dunia, matematika mulai berpindah dari penggunaan yang sangat praktis menjadi abstrak. Seperti yang dikatakan oleh Alfred North Whitehead:
Inti dari angka nol adalah bahwa kita tidak butuh untuk menggunakannya dalam sehari-hari. Tidak seorangpun keluar untuk membeli nol ikan. Sebenarnya ini adalah cara yang paling beradab, dan penggunaannya hanya dipaksakan kepada kita oleh kebutuhan atas mode pemikiran yang dikembangkan.
Saat cara berpikir kita menjadi lebih canggih, begitu juga permintaan kita akan matematika. Alat seperti abacus bergantung pada satu set batu yang dapat digeser untuk membantu kita mengukur jumlah dan melakukan perhitungan. Sebuah abacus bekerja seperti kalkulator kuno, dan saat penggunaan angka nol menjadi populer di Eropa, kompetisi diadakan antara pengguna abacus (abasis) dan pendatang baru sistem angka Hindu-Arab (algoris) untuk melihat siapa yang dapat menyelesaikan perhitungan yang rumit dengan cepat. Perlombaan seperti ini mendorong digunakannya abacus menjadi alat yang berguna, namun, masih meninggalkan jejak dalam bahasa kita: kata menghitung, kalkulus, dan kalsium adalah kata yang diserap dari bahasa Latin untuk kerikil – kalkulus.
Sebelum numeral Hindu-Arab, penghitungan uang harus menggunakan abacus atau menghitung papan untuk mencatat aliran nilai. Orang Jerman menyebut papan perhitungan itu sebagai Rechenbank, yang menjelaskan mengapa renternir disebut sebagai bank. Bukan hanya karena bank menggunakan papan, tapi mereka juga menggunakan tongkat perhitungan untuk mencatat aktivitas penyimpanan: nilai moneter atas pinjaman ditulis di sisi tongkat, dan dibagi menjadi dua bagian, dengan si peminjam menyimpan bagian yang lebih besar, yang disebut sebagai stock (stok) – yang menjelaskan mengapa kita memiliki istilah stockholder (pemegang tongkat):
Karena penggunaan superiornya untuk bisnis, pemerintah membenci angka nol. Pada tahun 1299, kota Florence melarang penggunaan sistem angka Hindu Arab. Dengan banyaknya inovasi yang luar biasa, nol menghadapi resistensi yang keras dari struktur kekuasaan yang bercokol yang merasa terancam keberadaannya. Walaupun tidak memiliki perlindungan hukum, orang Italia terus menggunakan sistem angka berbasis nol, dan bahkan mulai menggunakannya untuk mengirimkan pesan-pesan rahasia. Angka nol adalah bagian penting dalam sistem enkripsi pada awal masa — itu mengapa kata sandi (EN: cipher), yang pada mulanya artinya adalah nol, berubah artinya menjadi “kode rahasia”. Hal kritis angka nol pada sistem enkripsi kuno inilah kemudian menjadi aspek atas kontribusi warisan leluhur bitcoin.
Pada awal Renaisans, ancaman nol pada kekuasaan Gereja tidaklah terlihat jelas. Pada saat itu, nol telah diadaptasikan sebagai alat artistik untuk menciptakan titik lenyap: sebuah tempat kekosongan yang tidak terbatas yang digunakan pada lukisan yang memercikkan Renaisans dalam seni rupa. Gambar dan lukisan sebelum titik lenyap tampak datar dan tidak bernyawa: penggambarannya kebanyakan dilakukan dua dimensi dan tidak realistis. Bahkan artis yang paling baik tidak dapat menangkap realisme tanpa penggunaan nol:
Dengan konsep nol, seniman dapat menciptakan titik dimensi nol pada karyanya yang terlihat “jauh secara tak terhingga” dari pandangan penikmatnya, dan dimana objek pada lukisan tampak jatuh secara visual. Saat objek tampak menghilang dalam jarak, mereka menjadi terkompres hingga “tidak terdimensi” dalam satu titik yang menghilang, sebelum akhirnya menghilang. Seperti yang dilakukannya hari ini, seni memiliki pengaruh yang kuat pada persepsi seseorang. Pada akhirnya Nicolas dari Cusa, seorang kardinal Gereja, mengatakan, “Terra non est centra mundi,” artinya “bumi bukanlah pusat dari alam semesta”. Deklarasi ini kemudian mendorong munculnya teori Copernicus yang membuktikan heliocentris – pemicu terjadinya Reformasi dan kemudian, Era Pencerahan:
Ide yang berbahaya, heretikal, dan revolusioner telah ditanamkan oleh angka nol dan perwujudan visualnya: titik lenyap. Pada titik jarak yang tak terbatas ini, konsep angka nol ditangkap secara visual, dan ruang dibuat tak terbatas – seperti yang dijabarkan oleh Seife:
Tidak kebetulan bahwa nol dan tak terhingga terhubung dalam suatu titik lenyap. Seperti mengalikan nol untuk menyebabkan garis angka menyatu dalam suatu titik, titik lenyap telah menyebabkan banyak hal di alam semesta untuk bersatu dalam satu titik. Inilah yang dinamakan singularitas, sebuah konsep yang menjadi penting nantinya dalam sejarah ilmu pengetahuan alam – tapi dalam titik ini, para ahli matematika tahu lebih banyak daripada seniman tentang ciri khas akan nol.
Tujuan artis adalah untuk membuat mitologi masa sekarang: hal ini nyata dalam banyak “seni sampah” konsumeris yang diproduksi dalam dunia yang dipenuhi oleh mata uang fiat. Seniman renaisans (yang seringnya juga seorang ahli matematika, orang-orang renaisans yang sebenarnya) bekerja terus-terusan dengan tujuan ini ketika titik lenyap menjadi elemen dalam seni yang popular. Tentunya, seni rupa berkembang pesat dalam pikiran manusia.
Modernitas: Masa untuk Satu dan Nol
Pada akhirnya, angka nol menjadi landasan untuk kalkulus: sebuah sistem inovatif atas matematika yang membuat orang terpenuhi dengan unit-unit yang lebih kecil yang mendekati angka nol, tapi dengan licik menghindari perangkap logika untuk dibagi dengan nol. Sistem baru ini memberikan umat manusia sebuah cara baru yang bervariasi untuk mengerti dan memahami apa yang ada di sekitar mereka. Berbagai disiplin seperti kimia, mesin, dan fisika semuanya bergantung pada kalkulus untuk memenuhi fungsinya di dunia saat ini:
Nol melayani seperti sumber air bagi seluruh penemuan teknologi – beberapa akan mengalir bersama-sama menuju penemuan penting dalam sejarah: bitcoin. Nol membuat lubang dan menciptakan kekosongan dalam pola matematika dan keruntuhan filosofi Aristoteles, dimana kekuatan Gereja terpusat. Saat ini, bitcoinlah yang membuat lubang dan menciptakan kekosongan di dalam pasar untuk uang; bitcoin membunuh ekonomi Keynesian – yang penuh propaganda kekuatan negara (dan tentunya dengan aparatus pencurinya: bank sentral).
Dalam era modernitas seperti saat ini, nol telah menjadi alat yang dapat dirayakan dalam arsenal matematika kita. Saat sistem angka binari saat ini membentuk fondasi atas program komputer modern, nol menjadi penting untuk pengembangan alat digital seperti komputer pribadi, internet dan bitcoin. Menariknya, semua keajaiban modern membuat mungkin untuk digital tekonologi dapat dilacak kembali ke penemuan sejumlah angka kosong oleh para ahli matematika kuno india: Brahmagupta memberikan dunia sebuah “sesuatu untuk kekosongan” yang benar-benar, Satoshi yang murah mati akan muncul beberapa abad kemudian. Seperti yang diceritakan oleh Aczel:
Angka adalah penemuan terhebat kita, dan angka nol adalah puncak dari sistem keseluruhan.
Komposisi atas angka nol dan satu yang tak terhitung, kode binari menuju ke proliferasi dan standarisasi protokol komunikasi termasuk semua yang terkandung dalam protokol internet. Saat orang-orang dengan bebas bereksperimen dengan alat-alat baru ini, mereka membuat organisasi dengan protokol seperti http, TCP/IP, dsb. Penetapan standar komunikasi digital memberikan substrasi atas alat-alat masyarakat yang baru — seperti email, sarana transportasi bersama, dan komputerisasi yang bergerak—pada akhirnya dibangun. Inovasi digital yang akhir-akhir ini dibangun adalah uang yang tidak bisa mengalami inflasi, tidak bisa dihentikan, yang disebut bitcoin.
Banyak yang salah mengira bahwa bitcoin adalah satu dari ribuan kriptoaset yang ada di dunia saat ini. Satu orang mungkin dapat dimaafkan untuk kesalahpahaman ini, karena dunia kita saat ini adalah tempat dimana banyak mata uang nasional disebar. Tapi semua mata uang ini berawal dari tanda terima gudang untuk satu hal yang sama – logam moneter (biasanya emas). Saat ini, mata uang nasional tidak dapat ditebus dengan emas, da sebaliknya unit ekuitas lancar dalam skema piramida disebut mata uang fiat: sebuah hierarki pencurian yang dibangun di atas uang dunia yang dipilih secara bebas (emas) yang penerbitnya (bank sentral) menimbun untuk memanipulasi harganya, memisahkan uang fiat mereka yang lebih inferior dari ancaman kompetitifnya, dan secara terus menerus mengekstrasi kekayaan dari mereka yang ada di bagian bawah piramida.
Dengan kebingungan ini, banyak yang dengan salah percaya bahwa bitcoin dapat dikacaukan oleh salah satu dari ribuan alternatif aset kripto dalam pasar hari ini. Maklum saja, karena bitcoin dianggap berbeda dan masih sulit untuk dimengerti. Bahkan Ray Dalio, manajer investasi global terbesar dalam sejarah, berkata bahwa dia percaya bitcoin dapat dikacaukan sebagai kompetitor sebagaimana iPhone dikacaukan oleh Blackberry. Namun, disrupsi bitcoin sangat mungkin tidak terjadi: bitcoin adalah penemuan yang akan terjadi sekali saja; terobosannya yang penting adalah penemuan atas kelangkaan yang absolut – sebuah properti moneter yang tidak pernah sebelumnya (dan tidak akan pernah lagi) dicapai oleh manusia. Seperti penemuan akan nol, yang membuka jalan atas penemuan “ketiadaan sebagai keadaan” dalam matematika dan juga bidang lainnya, bitcoin adalah katalis dari paradigma dunia yang disebut fase perubahan (yang banyak disebut sebagai Kebangkitan yang Luar Biasa / The Great Awakening).
Seperti numeral pada angka dan angka nol ke kekosongan dalam matematika, bitcoin adalah kelangkaan absolut untuk uang: setiap unit adalah simbol yang membuat manusia untuk menangkap realitas (dalam uang, adalah waktu). Lebih dari sekedar teknologi moneter, bitcoin adalah keseluruhan dari paradigma baru ekonomi: sebuah basis protokol uang yang tidak bisa dikompromikan untuk ekonomi global, digital dan non-pemerintah. Untuk mengerti kehebatan ini lebih jauh, pertama-tama kita perlu mengenal sifat dari path-dependence:
Path-Dependence Bitcoin
Path-dependence adalah sensitifitas dari hasil atas aturan atas peristiwa yang mengarah ke sana. Garis besarnya, itu artinya sejarah memiliki ketetapan:
Path-dependence memerlukan urutan peristiwa yang sesuai sebanyak peristiwa itu sendiri: sebagai contoh yang sederhana, Anda mendapatkan hasil yang sangat berbeda jika Anda mandi dan kemudian Anda mengeringkan diri dibandingkan dengan Anda mengeringkan diri kemudian Anda mandi. Path-dependence adalah sebuah sistem yang kompleks karena keterkaitannya yang tinggi dan juga jumlah (seringnya tidak bisa dilihat) ketergatungan. Sekali menuju ke jalan tertentu, jauh dari ketetapan sosiopolitis bisa menjadi tidak mungkin – contohnya, bayangkan jika dunia berusaha untuk menetapkan standar pada colokan yang berbeda ukuran: konsumen, produser dan suplier akan melawan perubahan yang mahal ini kecuali ada prospek untuk mendapatkan sesuatu.
Untuk mengkoordinasi perubahan dalam standarisasi ini membutuhkan teknologi yang jauh lebih efisien (sebuah metode tarik – yang membuat orang percaya untuk mendapatkan keuntungan) atau memaksakan organisasi untuk melakukan perubahan (metode dorongan – yang mendorong orang untuk berubah dalam upaya mengalami ancaman). Path-dependence adalah mengapa kejadian dalam bidang sosiopolitis seringnya mempengaruhi perkembangan teknis; seorang warga negara Amerika Serikat melihat path-dependent mendorong kembali saat pemerintahnya gagal untuk mengganti kembali sistem metrik pada tahun 1970an.
Bitcoin diluncurkan kembali ke dunia sebagai teknologi satu-satunya: sebuah uang digital non-pemerintah yang diterbitkan dalam jadwal yang tetap, tidak bisa diganti, dan dapat diprediksi. Secara strategis diluncurkan ke alam bebas (ke sebuah grup kriptografer) saat tidak ada teknologi pembanding yang ada. Jalan penggunaan bitcoin yang organik dan perluasan jaringan pertambangan adalah rangkaian peristiwa yang tidak dapat diulang. Coba bayangkan, jika sebuah “Bitcoin Baru” diluncurkan saat ini, maka hal tersebut akan menunjukkan keamanan jaringan yang lemah pada awalnya, saat jaringan tambang dan tingkat kerash harus mulai dari nol. Saat ini, di dunia yang paham tentang bitcoin, “bitcoin baru” dengan jaringan keamanan yang lemah ini akan dapat diserang – tak peduli apakah ada proyek tetap mencari untuk membela awalnya, kartel bank internasional, bahkan negara:
Path-dependence menjaga bitcoin dari ancaman pengacauan, saat rangkaian organik atas peristiwa yang mengarah pada pelepasan dan asimilasi ke pasar penjualan tidak dapat diduplikasi. Lebih jauh, pasokan uang bitcoin akan langka; sebuah hal yang unik dan penemuan uang satu kali. Bahkan saat “Bitcoin Baru” dirilis dengan pasokan uang yang langka, para pemegangnya akan diberkan insentif untuk menyimpan uang sebagai aset yang paling lancar, efek jaringan dan keamanan rangkaian. Ini akan menyebabkan para pelaku pasar untuk membuang “Bitcoin Baru” untuk ditukar dengan bitcoin yang asli. Lebih realistisnya, daripada meluncurkan “Bitcoin Baru”, mereka yang mencari untuk berkompetisi dengan bitcoin akan mengambil kontrak sosial serangan-vendor dengan mengupayakan hard fork. Upaya seperti ini telah dilakukan sebelumnya dengan “Bitcoin Cash” fork, yang berusaha untuk menaikkan ukuran blok hingga memperbaiki alat untuk pembayarannya. Rangkaian fork ini adalah kegagalan dari penerapan kepentingan atas kemunculan path-dependent bitcoin:
Melanjutkan percobaan pemikiran kita: bahkan jika “Bitcoin Baru” memiliki pasokan uang yang berkurang (dalam kata lain, sebuah kebijakan deflasi moneter), bagaimana jika nilai pasokan uang menurun (deflasi)? Dengan mekanisme apa penerimanya dapat dipilih? Saat pelaku pasar (nodes dan penambang) becanda untuk memaksimalkan nilai keuntungan ekonomi dari kebijakan moneter atas deflasi, fork akan memastikan sehingga akan mempengaruhi likuiditas, efek jaringan dan juga keamanan rangkaian “bitcoin baru” menyebabkan semua orang nantinya akan kembali ke bitcoin yang asli – seperti yang mereka lakukan pada awal-awal kegagalan Bitcoin Cash.
Path-dependence memastikan bahwa mereka yang berusaha untuk mempermainkan bitcoin akan dapat terbakar. Diperkuat oleh empat sisi efek jaringan, hal tersebut membuat keuntungan pertama bitcoin tidak dapat diatasi. Ide akan kelangkaan moneter absolut melawan keinginan kekuasaan struktural seperti bank sentral: seperti nol, jika sebuah ide akan waktu telah diluncurkan ke seluruh dunia, sangat tidak mungkin untuk memasukkan jin kembali ke dalam botol. Paling tidak, ide yang tidak dapat dihentikan adalah bentuk kehidupan yang mandiri:
People don’t have ideas. Ideas have people.
— Carl Jung
Permainan Terbatas dan Tanpa Akhir
Ekonomi makro sebenarnya adalah satu rangkaian permainan yang dimainkan secara global untuk memuaskan permintaan manusia (yang tanpa akhir) dalam lingkup waktunya (yang sangat terbatas). Dalam permainan ini, skor diukur dalam istilah moneter. Menggunakan istilah dari buku yang menjadi terobosan Finite and Infinite Games, ada dua tipe permainan ekonomi: pasar tidak bebas (atau yang diatur oleh pusat) adalah teatrikal, artinya mereka dipertunjukkan oleh rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang seringnya memerlukan kepatuhan dan tidak menghiraukan kemanusiaan. Kekejaman yang dilakukan oleh Soviet Rusia adalah contoh atas konsekuensi sistem ekonomi teatrikal. Di lain sisi, pasar bebas bersikap dramatis, artinya bahwa mereka diperlakukan saat ini tergantung dari batasan-batasan konsensual dan adaptasi. Pengembangan perangkat lunak adalah contoh yang dapat menjelaskan tentang pasar dramatis, saat pebisnis bebas untuk menciptakan aturan, alat dan juga protokol yang dapat melayani pelanggan mereka dengan baik. Singkatnya: permainan teatrikal diatur oleh aturan-aturan yang diperlakukan (berdasarkan pemaksaan), sedangkan aturan untuk permainan dramatis adalah ketidakpaksaan (berdasarkan kedaulatan individual).
Dari perspektif moral, kedaulatan pribadi selalu lebih superior daripada tirani. Dan dari perspektif praktis, tirani kurang efisien dalam penggunaan energi daripada pasar bebas karena mereka membutuhkan tiran untuk mendapatkan sumber dayanya dengan memaksakan kepatuhan kepada para pelaku untuk mengikuti aturannya dan melindungi permainannya. Permainan sukarela (kapitalisme pasar bebas) mengungguli permainan yang tidak dilakukan secara sukarela (sosialisme yang diatur secara pusat) karena mereka tidak menumbuhkan biaya pemaksaan dan perlindungan: alasan kapitalisme (kebebasan) mengungguli sosialisme (perbudakan) dalam jangka panjang. Karena ketergantungan interpersonal adalah inti dari keuntungan komparatif dan divisi dari dinamika buruh yang mendorong nilai proporsi antara kerjasama ekonomi dan kompetisi, kita dapat mengatakan bahwa uang adalah permainan tanpa batas akhir: artinya bahwa tujuannya tidak untuk menang, tapi untuk meneruskan permainan. Lagipula, jika satu pemain memiliki semua uangnya, permainan akan berakhir (seperti permainan monopoly).
Dalam hal ini, laju pertumbuhan pasokan uang akhir pada bitcoin (inflasi) akan kekosongan yang absolut adalah titik Scheling moneter yang paling pokok – sebuah titik vokal teoritis permainan dimana orang cenderung memilih dalam permainan musuh. Dalam teori permainan, sebuah permainan adalah situasi apapun dimana ada pemenang atau yang kalah, strategi adalah proses pengambilan keputusan, dan titik Schelling adalah strategi utama dalam permainan dimana pemain tidak dapat percaya satu sama lain (seperti uang):
Aktor ekonomi diberikan insentif untuk memilih uang yang dapat menyimpan nilai sepanjang waktu, diterima secara luas, dan secara jelas menyampaikan informasi atas harga pasar. Seluruh tiga kualitas tersebut berakar pada kelangkaan: perlawanan atas inflasi memastikan bahwa uang mempertahankan nilainya dan kemampuan untuk secara akurat memberikan harga atas kapital sepanjang waktu, yang mendorong penggunaannya sebagai media pertukaran. Atas dasar alasan ini, menyimpan uang yang langka adalah strategi yang sangat hemat energi yang dapat dilakukan oleh pemain, yang membuat kelangkaan absolut bitcoin sebagai titik Schelling yang tak tertahankan – motif singular dalam permainan yang dimainkan untuk uang.
Sebuah keturunan yang jauh atas nol, penemuan bitcoin merepresentasikan penemuan akan kelangkaan absolut atas uang: sebuah ide yang tidak dapat dihentikan.
Seperti penemuan kekosongan yang absolut yang dilambangkan oleh angka nol, penemuan atas uang yang langka yang dilambangkan oleh bitcoin adalah spesial. Emas menjadi uang karena logam moneter memiliki pasokan uang yang sangat tidak elastis (atau langka): artinya berapapun banyaknya waktu yang dialokasikan untuk produksi emas, pasokannya tidak akan meningkat. Karena kenaikan pasokannya sangat lambat dan ada dalam laju yang sangat dapat diprediksi, emas dipakai untuk menyimpan nilai dan menghargai beberapa barang – yang mendorong orang untuk secara sukarela menggunakannya, sekaligus membuatnya sebagai uang dominan pada pasar bebas. Sebelum bitcoin, emas adalah titik Schelling moneter dunia, karena emas membuat transaksi lebih mudah dalam upaya yang dapat meminimalisir kebutuhan untuk mempercayai pemain lainnya. Seperti leluhur mereka angka nol, bitcoin adalah penemuan yang secara radikal mengubah efisiensi pertukaran dengan memurnikan transmisi informasi: untuk nol, ini artinya memberikan makna lebih pada angka terdekat, untuk Bitcoin, ini artinya menghasilkan arti penting pada sinyal harga. Dalam permainan akan uang, tujuannya adalah untuk menyimpan logam yang relatif paling langka (emas); sekarang, tujuan untuk mendapatkan wilayah atas jaringan moneter yang paling langka yang disebut bitcoin.
Masa Baru untuk Uang
Dalam sejarah, logam berharga adalah teknologi moneter yang paling baik karena memiliki lima sifat penting uang: divisabilitas, durabilitas, portabilitas, pengenalan dan kelangkaan. Diantara semua logam moneter, emas termasuk yang paling langka, dan kemudian mengalahkan semuanya dalam pasar karena emas adalah yang media yang paling kuat dalam menyimpan nilai. Dalam penggunaan emas sebagai uang, kondisinya seperti dinamika pasar bebas berusaha untuk meng-nol-kan teknologi yang juga cukup langka (argumen terkuat disini mungkin dapat ditemukan dengan mempelajari sistem Eurodolar). Pasar bebas adalah sistem penghitungan yang didistribusikan yang meng-nol-kan harga yang paling berguna dan teknologi yang berdasarkan atas permintaan yang berlaku dan pasokan atas kapital: mereka secara terus mengasimilasi perspektif intersubjektif manusia pada dunia dalam lingkaran realitas objektif untuk memproduksi perkiraan atas kebenaran. Dalam konteks ini, kelangkaan yang dapat diverfikasi adalah proksi terbaik akan kebenaran atas uang: jaminan yang tidak akan direndahkan sepanjang waktu.
Sebagai sebuah percobaan pikiran (sebelum bitcoin), jika “emas baru” ditemukan dalam lapisan bumi, dengan anggapan bahwa logam tersebut tersebar secara rata di seluruh permukaan bumi dan dapat dibandingkan dengan emas dalam hal lima sifat moneternya (dengan pengecualian bahwa logam tersebut lebih langka), dinamika pasar bebas akan mengarah pada penunjukannya atas uang, karena hal tersebut akan lebih dekat kepada kelangkaan absolut, membuat logam tersebut dapat menjadi media penyimpan nilai dan menunjukkan harga. Dari pemikiran ini, emas sebagai teknologi moneter dipilih oleh pasar bebas karena kelangkaannya sebelum ditemukan dalam bentuk yang paling mungkin – digital. Pasokan atas bentuk fisiknya dapat dibatasi oleh waktu secara penting untuk mengambilnya: jika kita dapat membalikkan pilihan dan memaksa seluruh orang di bumi untuk membuat pekerjaan utama mereka sebagai penambang emas, maka pasokan emas akan meningkat tajam. Tak seperti bitcoin, tidak ada bentuk fisik uang dapat secara mungkin menjamin pasokan tetap yang permanen – seperti yang kita ketahui bersama, kelangkaan absolut hanya dapat menjadi digital.
Digitalisasi menjadi keuntungan di semua lima karakter uang. Karena bitcoin adalah informasi, terhadap seluruh teknologi moneter lainnya, kita dapat mengatakan: divisabilitasnya adalah yang tertinggi, seperti informasi dapat tanpa batas terbagi dan dikombinasikan pada biaya yang hampir mendekati nol (seperti angka); durabilitasnya juga prima, seperti informasi yang tidak hancur (buku dapat bertahan hingga berbagai masa); portabilitasnya juga paling tinggi, seperti informasi dapat berpindah dalam kecepatan cahaya (terima kasih kepada telekomunikasi); dan pengenalannya juga tinggi, seperti informasi adalah hal yang terlihat objektif di dunia (seperti kata yang tertulis. Akhirnya, dan yang paling kritikal, karena bitcoin secara alogaritma dan termodinamika memaksa kelangkaan pasokan uang, kita dapat mengatakan bahwa kelangkaannya sangat tidak terbatas (seperti kelangkaan atas waktu, substansi uang juga ditujukan untuk dapat digunakan sebagai pengganti awalnya). Dalam kombinasinya, sifat-sifat ini membuat kelangkaan absolut uang digital tampak gigih dalam pasar.
Dalam hal yang sama bahwa angka nol membuat sistem angka kita untuk berubah dan lebih mudah untuk melakukan perhitungan, uang juga memberikan kemampuan ekonomi untuk menjadi ukuran sosial dengan menyederhanakan perdagangan dan kalkulasi ekonomi. Dapat dikatakan bahwa: kelangkaan penting untuk penggunaan uang, dan pasokan terminal dengan pertumbuhan nol merepresentasikan kelangkaan “yang sempurna” — yang membuat bitcoin menjadi teknologi yang hampir “sempurna”. Karena uang dinilai tergantung refleksivitasnya, artinya bahwa persepsi investor akan pertukarannya mempengaruhi penilaiannya pada masa ini, bitcoin sangatlah dapat diprediksi dan pasokan masa depan yang berakhir menopang laju atas perkembangan kapitalisasi pasar yang tidak dapat diperkirakan:
Kesimpulannya: penemuan bitcoin merepresentasikan penemuan akan kelangkaan absolut, atau absolut yang tidak dapat direproduksi, yang hadir karena rangkaian peristiwa istimewa yang terjadi secara khusus yang tidak dapat diulang kembali. Upaya apapun untuk mengenalkan kelangkaan absolut atau mengurangi pasokan uang ke dunia akan menuju kembalie ke bitcoin (seperti yang kita slihat dengan Bitcoin Cash fork). Kelangkaan absolut adalah penemuan satu-kali, seperti heliosentrisme atau semua pergeseran paradigma ilmu pengetahuan. Di dunia dimana bitcoin sudah ada, peluncuran yang sukses via sistem pembuktian kerja bukan lagi memungkinkan karena ada path-dependence; alasan lain mengapa bitcoin tidak dapat ditiru atau diubah oleh kriptoaset lainnya dengan memakai mekanisme konsensus. Pada titik ini, tampaknya kelangkaan absolut untuk uang adalah penemuan sekali saja yang tidak bisa “diganggu” lebih lanjut dibandingkan dengan konsep nol yang dapat terganggu.
“Pembunuh Bitcoin” sebenarnya memerlukan mekanisme konsensus baru keseluruhan dan model distribusi; dengan implementasi yang dijaga oleh satu grup orang yang terorganisir; hingga saat ini tidak ada yang teryakinkan dapat untuk dapat mendekati persyaratan tersebut. Dalam hal yang sama hanya ada satu saja emas analog, kemungkinan juga ada satu emas digital. Untuk alasan yang terukur, sistem angka berbasis nol menjadi dominan protokol matematika, dan kapitalisme menang dari sosialisme, kelangkaan absolut atas pasokan bitcoin akan terus memenangkan seluruh protokol moneter dalam jalannya menuju dominasi global.
Angka adalah abstraksi fundamental yang memimpin dunia kita. Nol adalah titik hilang dalam jabaran matematika. Dalam kompetisi interpersonal dan kerjasama, uang adalah abstraksi dominan yang memimpin tingkah laku kita. Uang muncul secara natural sebagai barang yang paling dapat ditukarkan dalam masyarakat – ini termasuk pertukaran dengan lainnya dan dengan diri kita sendiri di masa depan. Kelangkaan adalah sifat uang yang dapat membuatnya untuk menyimpan nilai sepanjang waktu, membuat kita dapat menukarnya dengan diri kita sendiri di masa depan untuk biaya kesempatan yang tidak dapat terelakkan (barang-barang yang dapat kita tukar dengan uang jika kita berkeputusan untuk tidak menukarnya). Uang yang langka nilainya terus bertambah saat produktivitas kita tumbuh. Untuk alasan ini, teknologi yang paling langka yang menunjukkan sifat moneter yang cukup cenderung untuk menjadi uang. Singkatnya: uang yang relatif paling langka akan menang. Dalam hal ini, apa yang angka nol lakukan pada matematika, kelangkaan absolut juga melakukannya pada uang. Ini adalah penemuan yang menakjubkan, sebuah jendela menuju kekosongan, seperti pendahulunya yaitu angka nol.
Bitcoin adalah singularity dari global ekonomi: pusat moneter yang utama dari gravitasi – sebuah lahapan exponential atas nilai lancar dalam ekonomi dunia, lambang dari waktu, dan titik nol atas uang.
Mata Uang Fiat selalu jatuh ke Angka Nol
Angka nol telah membuktikan dirinya sebagai puncak atas sistem angka kita dengan membuatnya dapat dihitung, tak terelakkan dan dapat ditukar. Nantinya, bitcoin akan membuktikan bahwa dirinya adalah jaringan terpenting dalam sistem ekonomi global dengan meningkatkan skalabilitas sosial yang terus naik, menyebabkan sebuah inversi atas kekuatan ekonomi dan mengubah susunan budaya kembali menuju Hukum Kodrat. Bitcoin akan membalikkan kedaulatan kembali ke individu, dan bukan ke level institusi seperti saat ini – semuanya berkat angka nol:
Perencanaan terpusat di pasaran akan uang (aka sosialisme moneter) sedang sekarat. Hierarki keuangan finansial telah menaikkan perbedaan kekayaan di dunia, mendanai perang yang berkelanjutan dan menjarah seluruh kekayaan umum menjadi institusi yang gagal dan “keluar”. Reversi atas pasar bebas untuk uang adalah satu-satunya cara untuk mengobati kehancuran yang telah dibawa +100 tahun sebelumnya. Tidak seperti para pekerja bank sentral, orang-orang yang keliru yang memberikan tekanan politik ke nilai-nilai yang bersifat menjarah dari orang dengan mencetak uang, kebijakan moneter bitcoin tidak berubah untuk seseorang: tidak peduli apapun. Dan dalam dunia dimana bank sentral dapat “menambahkan angka nol” untuk mencuri kekayaan Anda, harapan orang-orang hanyalah uang dengan “angka nol yang tidak mengancam” yang tidak dapat disita, terkena inflasi atau dihentikan:
Bitcoin secara spesifik mendesain sebagai tindakan balasan untuk “kebijakan moneter yang terkembang” (atau penyitaan kekayaan via inflasi) dengan bank sentral. Bitcoin adalah penemuan nol-ke-satu, sebuah inovasi yang mengubah masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya sekedar mengenalkan kemajuan sesaat. Bitcoin memperkenalkan paradigma baru untuk uang, negara dan efisiensi energi. Yang paling penting, bitcoin berjanji untuk mengubah siklus kriminalitas dimana pemerintah terus-menerus memprivatisasi keuntungan (via hak pemilik tanah) dan mensosialisasikan kerugian (via inflasi). Beberapa waktu kemudian, inflasi yang sangat besar telah mencabik-cabik masyarakat, namun tampaknya masyarakat tidak mempelajari sejarah – dan disinilah kita berada, sekali lagi:
Jam Nol
Seberapa lama lagi sosialisme moneter masih menjadi model ekonomi? Perhitungan mundur sudah dimulai. Sepuluh. Sembilan. Delapan. Tujuh. Enam. Lima. Empat. Tiga. Dua. Satu. Diangkat. Teknisi roket selalu menunggu hingga angka nol untuk menyalakan mesin; penghitungan mundur selalu dimulai pada jam nol. Perang harga minyak yang meledak di Eurasia, pandemi global, sebuah response kebijakan moneter yang meluas yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan laju inflasi bitcoin yang menjadi setengah yang terjadi selama empat tahun: 2020 dengan cepat menjadi nol jam untuk bitcoin.
Laju inflasi dan kesejahteraan masyarakat sangatlah berhubungan: semakin banyak yang percaya kalau nilai dapat di simpan sepanjang tahun, semakin banyak kepercayaan yang dapat didapatkan dari pelaku pasar. Saat akar uang terhadap realitas ekonomi terputus – seperti yang terjadi saat penggunaan emas berhenti dan mata uang fiat lahir – pasokannya tiba-tiba menuju infiniti (hiperinflasi) dan fungsi atas masyarakat memburuk menuju nol (kejatuhan ekonomi). Sebuah alternatif pasar bebas yang tidak dapat dihentikan, bitcoin terpaku pada realitas ekonomi (melalui pengeluaran energi bukti kerja) dan memiliki laju inflasi yang dicanangkan menjuju nol, artinya bahwa masyarakat menjalankan standar bitcoin akan berdiri untuk menaikkan pada cara-cara virtual. Saat inflasi bitcoin akhirnya mencapai nol di tengah abad ke 22, pengukuran atas ketepatan penyimpanan nilai (rasio stok ke laju) akan menjadi tak terbatas; orang-orang akan sadar tentang ini dan penggunaan awal akan menguntungkan secara adil dari penggunaan transfer massal.
Nol dan tak terhingga saling berhubungan: 1/∞ = 0 and 1/0 = ∞. Dalam hal yang sama, jika kesejahteraan masyarakat menciut menuju nol, lebih dekat laju inflasi mencapai tak terhingga (melalui hiperinflasi atas mata uang fiat). Namun, kesejahteraan masyarakat bisa, dalam teori, dikembangkan menuju infiniti dalam laju yang sama dengan laju inflasi menuju nol (melalui kelangkaan absolut bitcoin). Ingat: Bank sentral sekarang melakukan apapun untuk memastikan bahwa ada “uang tunai tak terhingga” dalam sistem perbankan, artinya bahwa nilainya nantinya akan jatuh ke nol:
Nilai pasar atas uang selalu bertemu ke harga marjinal produksi: “uang tunai tak terhingga” artinya dolar akan menjadi sama bernilainya dengan kertas yang mereka cetak.
Nol muncul dalam dunia sebagai ide yang tak terhentikan karena waktunya telah tiba; nol menjatuhkan dominasi Gereja dan menghentikan monopolinya atas akses ke pengetahuan dan pintu gerbang ke surga. Pergerakan yang mengakibatkan — Pemisahan Gereja dan Negara — memulai terciptanya kedaulatan individu di dunia, menjadikan individual sebagai landasan atas negara. Muncul dari abu atas kehancuran gereja adalah model negara yang didirikan atas hak properti yang kuat, kedaulatan hukum, dan juga uang pasar bebas (aka uang keras). Dengan era baru ini akan muncul penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan, penciptaan kekayaan dan kesejahteraan dunia. Dalam hal yang sama, bitcoin dan penemuan atas kelangkaan absolut atas uang adalah ide yang telah tidba saatnya. Bitcoin menghancurkan kepungan bank sentral atas kedaulatan finansial kita; hal tersebut memicu gerakan baru – Pemisahan Uang dan Negara — seperti bendera yang revolusioner; dan gerakan ini memulihkan Hukum Kodrat dalam dunia yang kuasai oleh parasit terbesar atas kekayaan – bank sentral.
Hanya ide yang tak terhentikan yang dapat memutuskan institusi yang tak dapat berpindah: nol membuat Gereja bertekuk lutut dan Bitcoin membawa Gereja palsu yaitu Bank Sentral terpancar sinar matahari dalam penantiannya di hari penghukuman.
Baik nol dan bitcoin sama-sama menunjukkan kekosongan, sebuah potensi yang murni muncul yang menjelma nyata – kekosongan dari semua yang berbuih, dan menuju kemungkinan yang akhirnya hancur. Nol dan bitcoin adalah ide yang diberikan kepada umat manusia; sebuah sikap yang dibuat dalam semangat “sesuatu untuk kekosongan”. Dalam dunia yang dijalankan dengan bank sentral dengan akuntabilitas nol, sebuah komplotan rahasia yang menggunakan prospek munafik atas “uang tunai yang tak terhingga” untuk memastikan kita semuanya (juga dengan menaikkan ketakutan atas hiperinflasi), kekosongan mungkin akan membuktikan untuk menjadi hadiah terbesar yang akan diterima.
Terima kasih Brahmagupta dan Satoshi Nakamoto untuk kebesaran hati kalian.
Terima kasih telah membaca Angka Nol dan Bitcoin.
- Stack sats dengan saya, dapatkan $10 Bitcoin gratis melalui tautan ini: https://www.swanbitcoin.com/breedlove
- Ikuti perjalanan saya saat saya menulis buku pertama saya: https://bit.ly/3aWITZ5
- Jika Anda menyukai ini, ikut stats saya: https://tippin.me/@Breedlove22
- Atau kirimkan stats via Lightning Network dengan Strike: https://strike.me/breedlove22
- Atau kirimkan stats via PayNymID: +tightking693
- Atau kirimkan dolar yang kotor via PayPal: https://www.paypal.com/paypalme/RBreedlove
- Atau kirimkan dolar yang kotor via Venmo: https://venmo.com/code?user_id=1784359925317632528
Terjemahan:
Sembah syukur saya kepada orang-orang dengan otak cemerlang di bawah ini:
@real_vijay, Saifedean Ammous, Brandon Quittem, Dan Held, Naval Ravikant, @NickSzabo4, Nic Carter, @MartyBent, Pierre Rochard, Anthony Pompliano, Chris Burniske, @MarkYusko, @CaitlinLong_, Nik Bhatia, Nassim Nicholas Taleb, Stephan Livera, Peter McCormack, Gigi, Hasu, @MustStopMurad, Misir Mahmudov, Mises Institute, John Vallis, @FriarHass, Conner Brown, Ben Prentice, Aleksandar Svetski, Cryptoconomy, Citizen Bitcoin, Keyvan Davani, @RaoulGMI, @DTAPCAP, Parker Lewis, @Rhythmtrader, Russell Okung, @sthenc, Nathaniel Whittemore, @ck_SNARKs, Trevor Noren, Cory Klippsten, Knut Svanholm @relevantpeterschiff
Dan semua orang yang saya lupakan 🙂
Sumber:
- Terima kasih kepada Amir D. Aczel, penulis Finding Zero, yang karyanya mengaspirasi penulisan esay ini: https://www.amazon.com/Finding-Zero-Mathematicians-Odyssey-Uncover/dp/1250084911
- Terima kasih Charles Seife, penulis Zero: The Biography of a Dangerous Idea, yang karyanya menginspirasi essay ini. Banyak gambar digunakan untuk mengeksplorasi sejarah nol datang dari buku ini: https://www.amazon.com/gp/product/B000QUEHLM/ref=ppx_yo_dt_b_search_asin_title?ie=UTF8&psc=1
- https://timesofindia.indiatimes.com/india/ancient-indian-text-pushes-back-history-of-zero-by-500-yrs/articleshow/60521958.cms
- https://en.wikipedia.org/wiki/Negative_number
- https://www.embibe.com/exams/real-life-applications-of-calculus/
- https://whatdoesntchange.com/post/174845015609/path-dependence
- https://www.livescience.com/42748-imaginary-numbers.html
- https://www.smithsonianmag.com/history/origin-number-zero-180953392/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Nirvana
- https://buddhism.stackexchange.com/questions/10003/are-there-pictures-paintings-of-nirvana
Artikel berikutnya:
Robert Breedlove Series #3: Majikan dan Budak Uang
Diterjemahkan Oleh: Intan Saran Terjemahan »
Tinggalkan Balasan